Jumat, 15 Maret 2013

relasi makna


RELASI MAKNA

            Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa indonesia, makna kata saling berhubungan, hubungan kata itu disebut relasi makna. Relasi makna dapat berwujud bermacam- macam antara lain : sinonimi, antonimi dan oposisi, homonimi, homofoni,homografi, Hiponimi dan hipernimi, Polisemi, Ambiguitas, Redundansi.

1.Sinonimi
            Sinonim sering disebut dengan persamaan kata, maksudnya kata yang mempunyai makna sama atau hampir sama dengan kata lain.
Contoh :
buruk    =  jelek
laris     =  laku
dahaga  =  haus
datang   = tiba
pintar   = pandai
usang   = lama
hancur = musnah
pulang = kembali = balik
masyarakat = rakyat = warga
hadiah = pemberian
pria      = laki- laki
enak    = lezat
tampan   = ganteng
hanjur  =  musnah
mati     = meninggal
            Dari contoh diatas dapat dilihat kata – kata bersinonim, dan tidak semua sinonim bisa dipertukarkan begitu saja.
Contoh kalimat :
Anjing meninggal ditabrak mobil
            Kata meninggal pada kalimat di atas tidak tepat, karena kata meninggal lebih tepat ditujukan kepada manusia, atau kata meninggal diganti dengan kata mati. Yang lebih tepatnya anjing mati ditabrak mobil. Jadi kata sinonim bisa digunakan sesuai dengan kepada siapa yang ditujukan pembicaraan tersebut. Misalnya kata aku dan saya kedua kata tersebut bersinonim, tapi kata aku lebih tepat dipakai untuk teman sebaya, dan kata saya lebih tepat digunakan untuk orang yang lebih tua dari kita. Jadi, kata sinonim digunakan sesuai dengan waktu, tempat,bidang kegiatan,dan lain – lain. Dan tidak semua kata dalam bahasa indonesia mempunyai sinonim. Misalnya kata salju, batu, kuning, beras, tidak mempunyai sinonim.

2. Antonimi dan oposisi
            Antonimi sering disebut dengan lawan kata, maksudnya maknanya kebalikan dari makna ungkapan lain.
Contoh :
Jujur    = bohong
Tipis    = tebal
Rajin   = malas
Pintar  = bodoh
Mahal  = murah
Kaya   = miskin
Surga   =  neraka
Gila     = waras
            Lebih jauh, berdasarkan sifatnya, oposisi dapat dibedakan menjadi :

2.1 Oposisi Mutlak
            Disini terdapat pertentangan makna secara mutlak. Umpamanya kata masuk dan keluar. Diantara masuk dan keluar terdapat makna yang mutlak, sebab sesuatu yang masuk tentu tidak ( belum ) keluar ; sedangkan sesuatu yang keluar tentu sudah masuk. Misalnya naik dan turun. Diantara naik dan turun terdapat makna yang mutlak, sebab sesuatu yang naik tentu tidak (belum) turun; sedangkan sesuatu yang turun tentu sudah naik.kedua proses ini tidak dapat berlangsung bersamaan, tetapi secara bergantian.

2.2 Oposisi Kutub
            Makna kata yang termasuk oposisi kutub ini pertentangan tidak bersifat mutlak, melainkan bersifat gradisi, artinya terdapat tingkat – tingkat makna pada kata tersebut. Misalnya kata kaya dan miskin adalah dua buah kata yang beroposisi kutub. Pertentangan antara kaya dan miskin tidak mutlak. Orang yang tidak kaya belum tentu merasa miskin, dan begitu juga orang yang tidak miskin belom tentu merasa kaya. Bila orang yang biasa berpendapatan satu bulan enam juta , lalu tiba – tiba menjadi satu juta rupiah, sudah merasa dirinya miskin, sebaliknya orang seseorang yang setiap bulan hanya berpenghasilan Rp 100.000 ,lalu tiba- tiba berpenghasilan Rp 500.000 sudah merasa dirinya kaya.

2.3 Oposisi Hubungan
            Oposisi hubungan ini sifatnya saling melengkapi. Artinya kehadiran kata yang satu karena ada kata yang lain yang menjadi oposisinya.Misalnya berlajar dan mengajar walaupun maknanya berlawanan tapi kejadiannya serempak. Proses belajar dan mengajar terjadi pada waktu yang bersamaan sehingga bisa dikatakan tadakkan ada proses mengajar jika tak ada proses belajar. Contoh memberi dan menerima walaupun maknanya berlawanan tapi kejadiannya serempak. Proses memberi dan menerima terjadi pada waktu bersamaan sehingga bisa dikatakan tidakkan ada proses memberi jika tidak ada yang menerima.

2.4 Oposisi  majemuk
            Oposisi majemuk ini beroposisi lebih dari sebuah kata. Misalnya kata utara dengan kata selatan, dengan kata timur, dengan kata barat. Kata – kata diatas lazim disebut oposisimajemuk.

3. Homonimi, Homofoni, Homografi
            Homonimi adalah suatu kata yang memiliki makna berbeda, tetapi memiliki ejaan atau lafal yang sama. Misalnya kata bulan yang berarti waktu dalam 30 hari, dengan kata bulan yang berarti nama satelit bumi. Contoh lain kata salak yang berarti buah, dengan kata salak yang berarti gonggongan anjing. Contoh lain kata genting yang berarti gawat, dengan kata genting yang berarti benda penutup rumah.

4. Hiponimi dan Hipernimi
            Hiponimi merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain. misalnya kata mawar berhiponim terhadap kata bunga, sebab makna kata mawar termasuk makna kata bunga. Mawar memang bunga tapi bunga tidak hanya mawar melainkan juga termasuk melati, tulip,anggrek,lidah buaya dan sebagainya.

5. Polisemi
            Polisemi adalah kata yang mempunyai makna lebih dari satu. Misalnya kata darah dalam bahasa indonesia memiliki makna (1) hubungan darah persaudaraan, (2) yang ada pada tubuh manusia. Jadi, darah pada kalimat di atas memiliki makna lebih dari satu.contoh lain kata mampu dalam bahasa indonesia memiliki makna (1) kuasa (bisa , sanggup), melakukan sesuatu, (2) kaya mempunyai harta yang berlebihan. Dari contoh yang kedua kata mampu di sana memiliki makna lebih dari satu, kata mampu pada kalimat pertama maknanya seseorang itu mampu,sanggup atau bisa melakukan sesuatu, dan pada kalimat kedua kata mampu di san a maknanya seseorang itu kaya, memiliki harta yang berlebihan.

6. Ambiguitas
            Ambiguitas artinya kata yang bermakna ganda atau mendua arti. Umpamanya anak pejabat yang gemuk itu berasal dari surabaya. (1) yang gemuk adalah pejabat, (2) yang gemuk adalah anak pejabat. Contoh lain ; kucing makan tikus mati. (1) kucing memakan tikus yang mati, (2) kucing memakan tikus yang masih hidup lalu tikus itu mati.

7. Redundansi
            Redudansi artinya sebagai berlebih- lebihan pemakaian unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran. Umpamanya ibu membuat kue, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan kue dibuat oleh ibu. Pemakaian kata oleh pada kalimat yang kedua dianggap sebagai sesuatu yang redundansi, yang sebenarnya tidak perlu. Contoh lain ; petani mencangkul kebunnya, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan  petani sedang mencangkul kebunnya. Pemakaian kata sedang pada kalimat yang kedua dianggap sebagai sesuatu yang redundansi, yang sebenarnya tidak perlu. Makna adalah sesuatu yang fononema dalam ujaran , sedangkan informasiadalah sesuatu yang diluar ujaran. Jadi yang sama antara kalimat pertama dan kalimat kedua di atas bukan maknanya melainkan informasi.

           


















           






5 komentar:

  1. Proficiat..... bisa membantu saya sebagai bahan referensi dalam mengikuti ujian tengah semester mata kuliah semantik.......

    BalasHapus
  2. Proficiat..... bisa membantu saya sebagai bahan referensi dalam mengikuti ujian tengah semester mata kuliah semantik.......

    BalasHapus
  3. Izin mengutip isinya yoo mbakyu :) gawe tugas kuliah hehe.

    BalasHapus
  4. Tadi kok homonim , homofon, dan homograf.. cuma di jelasin homonim nya aja ?homofon homografnya belu..

    BalasHapus